Wednesday, December 22, 2010

bukan kuantitas tapi kualitas

kenapa kamu harus berfikiran, kalau ibu2 yang bekerja tidak bisa mengurus anak dan RT.. bukan berarti pernah melihat ketidak berhasilan seseorang maka kamu akan terus berpikiran sama.. kalau semua ibu pekerja itu tidak bertanggung jawab terhadap anak dan keluarganya.. aku juga di lahirkan dari keluarga yang dibesarkan dengan ibu yang bekerja, bahkan ada masa2 ketika aku SMP mama malah melanjutkan kuliah nya.. semakin jarang saja ketemu mama di pagi hari sampai sore hari.. karna dia harus mengajar, kuliah, mengerjakan tugas, bahkan sesekali berkumpul dengan temannya mencari bahan kuliah.. tapi apa yang terjadi? Tak ada satu pun anaknya yang berkelakuan aneh.. karna kami tak kurang kasih sayang.. masi ada malam hari, dimana mama, ayah makan bersama di meja setelah sholat magrib, makan sambil bercerita tentang kejadian hari ini, walaupun bagi sebahagian orang ada hal yang dilarang berbincang2 di meja makan, tapi buat kami itu adalah salah satu menjalin komunikasi dirumah. atau ketika semua berkumpul di depan TV sambil menonton sinetron cenggeng. dan mama yang tetap mengawasi aku belajar dan membuat PR.. smua dia lakukan sebagai ibu yang berperan ganda, sebagai ibu, pengajar, dan juga mahasiswa.. tapi kami tak pernah komplain akan kesibukannya.. karna bukan quatitas jam pertemuan yang kami butuhkan, tapi kualitas kebersamaan yang selalu jadi high prioritas semua..

dan kejadian berulang.. aku pun sudah terbiasa mandiri. karna mama mengajarkanku untuk bisa memenuhi segala kebutuhan ku sendiri dengan uang jajanku. tak heran kami 6 bersaudara, bukan juga sangat pas2an, bukan juga bergelimang harta.. tapi mama harus pintar2 menanamkan prinsip tidak manja terhadap anaknya.. maka ketika aku sudah kuliah pun pengen rasanya gak membebankan kedua orang tuaku walaupun hanya sekedar uang jajan dan uang kuliah ku.. dan aku pun terbiasa bekerja, terbiasa punya penghasilan sendiri, dan terbiasa menyisihkan sedikit uang ku untuk di tabung dan kebutuhan rumah walaupun tak seberapa mana..

dan ketika aku menikah pun, dengan izin suami yang sangat mendukung istrinya bekerja. mendorong semangat ku untuk mendapatkan pekerjaan yang bisa menyokong kebutuhan RT.. Sebenarnya memang gaji suami ku pun lebih dari cukup.. apalagi ditambah gaji ku untuk orang yang baru menikah sudah lebih dari cukup. bahkan berlebih jika kami tipe yang berfoya.. tapi karna hidup bukan untuk hari ini, aku pun lebih suka menabung, bahkan dari tabungan kami mobil, tanah dan rumah bisa kami beli dengan kumpulan lembar demi lembar penghasilan.. memang ada jeda ketika aku hamil, saat itu aku berhenti bekerja.. memikirkan untuk hanya membesarkan anak dirumah dan berusaha mencukupi gaji suami untuk memenuhi kebutuhan kami.. so far memang tak pernah sekali pun aku mengeluh kekurangan uang..

smua berjalan baik2 saja. hepi bisa dirumah melihat setiap perkembangan si anak, duduk, merangkak, jalan, berlari dan ucapan pertamanya aku selalu ada disampingnya.. hingga suatu hari berawal dari obrolan ringan antara aku dan suami.. dia tanya, "gimana ya mi kalo tar pipi gak di perpanjang lagi di kantor". (ya, memang sistem kerja di perusahaannya berdasakan kontrak. dan berhubung juga ini NGO yang hanya beroperasi di saat masa emergency) besar kemungkinan juga cuma bisa bekerja sampai akhir tahun ini. (itu sekitar pertengahan 2009) dan aku juga mikir. ya ampun, bakal kasi susu apa ya ni anak, gimana sekolah nya, apa alangkah kami menikah belum matang.. ketakutan, was2, dan merasa beban itu yang aku fikirkan. walaupun dia bilang, gausah dipikir kali. itu urusan pipi yang mikirin gimana kedepannya.. 

dan tak lama disaat ketakutan itu, dapat sebuah tawaran bekerja.. ditempat yang sudah sangat familiar bagi ku.. mama langsung bilang, ambil aja, aurel urusan mama.. (ya, saat itu mama udah masuk ke masa pensiunnya) aku juga mikir, mungkin gak ya ninggalin aurel yang baru berusia 1 tahun 4 bulan, masa si aku tega dia jauh dari aku, walaupun saat itu dia udah bisa minum susu formula karna pernah aku ajarkan di masa2 aku harus ke kampus mengejar skripsi yang tertinggal. binggung, kalut.. di satu sisi gak tega tinggalin anak. disisi lain ini kesempatan aku bantu suami yang belum bekerja di tempat yang permanent.. ah di masa2 aku binggung suami juga memberi dorongan.. kan ci masi bisa main sama aurel pulang kantor, malam juga bisa, jangan takut, dia di tangan yang bener kok.. itu lah yang kutakutkan,.. anak ku akan lebih lengket dengan neneknya di bandingkan dengan aku yang sering meninggalkan dia untuk bekerja

tapi apa, 1 tahun lebih aku sudah bekerja.. tak ada satu pun perubahan sikap anak ku,. dia tetap sayang padaku, kurasa dia pun tau, aku bekerja bukan menghindar dari pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, bukan karna ingin hepi2 diluar tanpa harus mengurusnya.. setiap bekerja aku selalu memandikannya, pulang kantor pun kadang dia tetap mandi dengan ku, aku masi bisa tetap bermain dengan nya, masi bisa nonton spongebob atau bernard bear, masi bisa berjalan2 di sore hari sekedar mengisi waktu yang luang,  dan banyak hal yang masi bisa ku lakukan sepulang kantor ku. menyuapinya, bahkan dia selalu pintar memiilih malam hari untuk buang hajat biar aku yang tetap mengurusnya.. dan tentu aku punya sabtu dan minggu untuk tetap di rumah berbagi kehangatan.. trus apa bedanya aku dengan ibu2 rumah tangga lainnya? masalah kuantitas tadi??.. buat ku yang terpenting adalah kualitas.. terserah kamu mau bilang apa.. yang penting mereka bahagia tetap dalam pengawasannku

dan benar saja akhir, tahun 2010 ini  adalah tahun terakir suami ku bekerja di perusahaan nya itu. bisa kamu bayangkan jika aku tak bekerja.. bisa kamu bayangkan dengan apa kami harus membeli susu? tak mungkin hanya berharap pada pesangon yang diberikan, itu juga akan habis. apa kamu mau tau? apa kamu mau membantu? ah kerja mu hanya mencibir, dan hanya merendahkan kami kaum ibu pekerja.. jika aku punya pilihan, suami yang bekerja tetap dengan penghasilan yang berkecukupan, aku juga akan sama seperti mu.. ingin dirumah, mengantar anak sekolah, dan menjadi ibu rumah tangga.. tapi aku juga tak janji.. jika aku bisa bekerja sambil berusaha menjadi ibu yang baik.. kenapa aku harus tetap dirumah?

semangat ibu2 pekerja, mudah2an tetap bisa menjadi ibu yang tahu waktu, tugas, hak dan kewajiban, tetap menjadi ibu yang bertelingga tebal walaupun suka di gosipkan  yang tidak2.. hahaha.. anggap saja mereka hanya tidak punya kesempatan yang sama dengan kita :)

cheers
 



2 comments:

  1. hmm..sangat menyentuh..biarpun ga semuanya bener..terutama yang menyangkut pemilihan waktu buang hajat..lebih tepat dia menunggu pipi nya pulang ....................hpmfff

    ReplyDelete
  2. bwahahahaha.. boneng kamu ah.. co kece yang shelalu bikin ai pal in lap. tengkyu dukunganya.. kiss kiss :*

    ReplyDelete