Tuesday, December 21, 2010

dipaksa oleh kehidupan

Lamunanku di suatu malam sambil menunggu menu makanan sampai di hadapan ku, aku di kejutkan oleh suara anak kecil yang tiba2 menawarkan jasa semir sepatunya.. padahal hari itu aku aku hanya mengenakan sendal jepit kesayangan ku.. dan pasti walaupun hati iba, tak mungkin aku menyodorkan kaki ku untuk di semir.. dan dia pun mencoba menawarkan jasanya ke meja2 lainnya.. saat itu aku berpikir.. apa mungkin dia mencari "mangsa" sedangkan itu sudah menunjukkan pukul 9 malam. yang artinya terlalu telat untuk pegawai kantor untuk ngeloyor jam segitu, pasti lah kebanyakan hanya pasangan atau keluarga yang menghabiskan waktu nya jam segitu, dan kebanyakan dari mereka hanya menggunakan sendal sama seperti ku.

aku pun flash back ke beberapa belas tahun ke belakang, di umur segini pasti aku sedang di balik buku di paksa belajar pelajaran untuk besok sambil terkantuk2, dan sesekali cubitan kecil mendarat di paha kalau aku tiba2 mencuri tidur disela2 waktu belajarku.. kesal rasanya, pengen merasakan bebas tanpa perlu belajar. bebas mau ngapain aja.. tapi tentu aku akan sangat menyesal jika tidak menuruti ke 2 orang tua ku.. mau jadi apa aku dari kecil kalau susah diatur.. tapi pasti di kepala anak2 jalanan ini ada akan berbeda dengan pikiran ku waktu kecil.. mereka rindu akan kehangatan rumah, ingin belajar dan bermain tanpa harus terbebani mencari penghasilan sendiri, seharusnya mereka sedang di belai sayang di tempat tidur yang nyaman dan bangun pagi tinggal menggunakan seragam sekolah, mengisi tasnya dengan setumpuk buku dan belajar menjadi seorang anak SD tanpa harus memikirkan semir sepatu sudah habis, atau mereka yang harus di kejar2 kamtib karna dianggap anak jalanan yang meminta2..
tapi kenapa mereka tak bisa merasakan menjadi anak normal seperti yang kurasa.. tentu karna tidak semua kita terlahir dengan keadaan sama.. beruntung aku bisa mengenyam pendidikan tanpa bersimbah keringat, tapi tak bisa menutup mata banyak ada pula yang kurang beruntung seperti mereka harus membanting tulang demi membantu ibu mereka.. kupikir kemana orang tua mereka, sudah melahirkan anak. tapi tidak bertanggung jawab untuk masa depannya.. tapi setelah aku tau ternyata banyak di antara mereka memang adalah orang2 pinggiran. ibu yang hanya mengais sampah, ayah perkerja serabutan. jangan kan untuk sekolah, makan pun mereka terkadang harus berpuasa.. dan kadang mereka mempunyai banyak anak dirumah. dan tentu ujungnya anak2 itu terlantar dan harus menghidupi diri mereka sendiri..

seharusnya anak2 ini sedang bersenda gurau dirumah, tapi mereka dipaksa oleh hidup untuk lebih tua beberapa taun dari umur seharusnya.. dipaksa untuk menantang kerasnya hidup di umur yang sangat belia..

Tiba2 jadi teringat seorang kakek ketika aku SD, dia sudah sangat tua, tak tehitung lagi jumlah kerut di wajahnya.. tangannya sering gemetar. dan kalau sudah kelelahan dia hanya duduk sambil membuka botol Aqua kusam untuk di teguknya.. aku ingat, bahkan sangat ingat. setiap guratan wajahnya.. dia menaiki sepeda untuk menjajakan kue kampung di dalam keranjang reotnya.. dia selalu bersandar di dinding SD ku yang berlumut. menunggu anak2 yang masi suka kue kampung ketimbang makanan moderen yang waktu itu masi bertaraf hanya somay, atau limun yang mengugah selera.. aku selalu membeli moci yang di jajakan.. suka sekali, walaupun sebenarnya aku lebih suka mie goreng.. tapi rasanya membeli jajajan yang di jual si kakek mempunyai nilai sendiri.. kadang aku menghayal, mungkin dirumah kakek itu sudah menunggu istri yang sakit, atau segudang cucu yang berharap jualan si kakek laku dan uang keuntungan bisa di jadikan beras untuk makan..

sedih kalo di pikirin. seharusnya kakek itu dirumah. menikmati masa2 tuanya, bukan bekerja mengayuh sepedanya melawan terik matahari demi sesuap nasi.. dimana anak2nya? kenapa mereka membiarkan kakek tua ini tetep bekerja.. apa mereka memikirkan seperti yang aku pikirkan? atau malah mereka sangat menikmati menunggu dirumah sedangkan sang ayah bekerja penuh peluh.. kenapa si kakek masi di paksa tetap muda, dipaksa untuk tetap mampu menjadi mesin uang buat keluarganya.. tapi mungkin dia memang orang yang suka bekerja mencari sesuatu, bukan yang menunggu keajaiban datang

terlalu banyak orang yang dipaksa oleh hidup. melakukan yang seharusnya tidak mereka lakukan.. Mungkin mereka tak seberuntung kita.. tapi mereka jauh tau cara menantang kejamnya hidup.. trus kenapa kita masi suka mengeluh sedangkan nasib kita tak lebih buruk dari mereka kan?

No comments:

Post a Comment